Era Pengawasan & Identifikasi dengan Teknologi Canggih Mirip Novel 1984 Karya George Orwell Sudah Hadir?
Saat ini, berbagai bidang teknologi telah berkembang
sangat pesat, khususnya di bidang teknologi digital yang seakan tiada
henti untuk dikembangkan. Tak terkecuali teknologi untuk mengawasi
maupun mengenali identitas seseorang melalui anggota tubuh manusia
tersebut seperti wajah.
Untuk sekarang ini, kita telah mengenal teknologi pengenal
seseorang, seperti sensor sidik jari/finger print untuk mengenali sidik
jari seseorang, atau sebagian dari kita mungkin telah menggunakan fitur
pengunci smartphone menggunakan wajah. Teknologi seperti itu sudah umum
digunakan sekarang, namun bagaimana jika ada sebuah kamera yang dapat
langsung mengidentifikasi seseorang tanpa harus bertatapan muka
langsung? Bahkan sekarang juga sudah ada sensor iris mata utk
identifikasi dan autentikasi.
Ya, sepertinya teknologi pengawasan maupun pengenalan
wajah otomatis telah dimulai, di mana sebuah kamera keamanan akan dapat
menangkap wajah Anda dengan cepat tanpa perlu Anda melihat ke kamera
itu, dan kamera itu akan langsung dapat mengidentifikasi data pribadi
Anda dan banyak informasi lainnya. Teknologi itu sendiri akan terhubung
dengan database foto yang mampu mengidentifikasi dan mempunyai kemampuan
untuk mengenali kita.
Teknologi itu bisa menjadi layanan personalisasi yang
sangat luar biasa dan juga memungkinan tingkat pengawasan lebih baik
untuk berbagai kebutuhan yang positif. Namun teknologi yang tengah
dikembangkan ini sayangnya belum memiliki aturan penggunaan yang jelas
hingga saat ini sehingga memungkinkan celah untuk penyalahgunaan.
Bayangkan jika Anda masuk kedalam sebuah toko, dan penjaga
toko akan langsung tahu nama Anda melalui kamera yang terpasang didepan
pintu masuk toko. Kamera dan komputer akan melihat wajah Anda dan
mencocokannya dengan database toko dan database pemasaran lain yang
sudah menjadi langganan Anda. Canggih bukan?
Mereka bahkan bisa saja mengetahui berapa gaji Anda, nama,
pekerjaan, kepentingan Anda, serta dapat mengetahui perasaan Anda yang
mereka baca melalui tweet sehari-hari atau postingan dari sosial media.
Bahkan bisa saja mereka menentukan apakah Anda harus diperlakukan dengan
baik, atau membuat Anda merasa tidak nyaman supaya kemudian Anda
beralih dari tempat itu.
Dan apabila bekerja sama dengan kepolisian, mereka akan
tahu siapa Anda, alamat, dan catatan kriminal Anda. Dengan begitu,
potensi diskriminasi bisa tinggi, terutama bagi mereka yang
berpenghasilan rendah dimana untuk kelompok orang-orang ini sangat
sering dilecehkan untuk hal-hal seperti tiket parkir yang belum
dibayarkan dan masalah kecil lainnya. Bahkan bisa saja di negara
tertentu ada orang-orang ditahan hanya karena pandangan politik mereka
yang berbeda, sehingga adanya teknologi ini bisa menjadi mimpi buruk.
Teknologi pengenalan wajah oleh komputer dulunya sangat
banyak kekurangannya, dan kini perlahan-lahan meningkat seiring
perkembang teknologi. Teknologi terkait yang sudah ada saat ini salah
satunya algoritma dari Google yang dapat mencocokkan foto bayi dan foto
dewasa pada orang yang sama dengan akurat.
Sedangkan Facebook memiliki algoritma yang dapat mengenali
seseorang dari gaya rambut, bentuh tubuh dan bahasa tubuh yang mana
algoritma dapat bekerja meski wajah seseorang tidak teridentifikasi.
Sosial media seperti Facebook, mengumpulkan data diri seperti dimana
Anda lahir, tempat Anda bekerja, bahkan yang lebih intens seperti dimana
lokasi Anda saat ini yang Facebook dapatkan dari GPS pada perangkat
Anda.
Namun pernahkah Anda berfikir bahwa teknologi pengenalan
identitas seseorang seperti ini dapat memicu hal yang tak diinginkan,
seperti adanya pemerintahan yang memiliki pengawasan penuh dan kontrol
atas warganya sehingga meniadakan privasi warganya?
Bayangkan jika semua data diri Anda yang sudah terekam
kemudian ada teknologi semacam kaca mata yang dapat mengidentifikasi
diri Anda melalui database yang telah terekam, entah itu dari sosial
media atau yang lain. Bukan kah ini telah melanggar hak privasi
seseorang, karena mengawasi secara terus menerus?
Keadaan ini mirip-mirip seperti isi novel 1984 yang
menggambarkan dunia saat itu dikuasai oleh pemerintahan otoriter yang
memerintah secara negatif. Seperti warga negara lainnya, Winston Smith
yang merupakan tokoh utama dalam novel ini yang merasa hidupnya sangat
terkekang karena selama 24 jam ia diawasi oleh sebuah alat canggih
bernama Teleskrin.
Semua hal dapat dipantau oleh alat ini, seperti apa saja
yang dilakukan, raut wajah, emosi, dan semuanya bisa dipantau oleh alat
ini. Bagi yang tidak ingin berurusan dengan polisi, maka jangan pernah
sekali-kali menentang prinsip-prinsip pemimpin meskipun itu hal yang
tidak benar. Bahkan untuk hidup pun susah, karena makanan hingga pisau
cukur harus dicari ke pelosok atau pasar gelap. Semuanya dikuasai oleh
Partai Bung Besar (Big Brother untuk istilah aslinya).
Mengapa kami mengkaitkan hal ini dengan Novel 1984?
Karena teknologi “Teleskrin” yang ada di novel tersebut bisa benar-benar
ada. Teleskrin yang ada pada novel tersebut dapat mengetahui apa saja
informasi dari semua orang, hal ini sangat berkaitan dengan prinsip
teknologi pemindaian seseorang secara otomatis, yang dapat mengetahui
tentang apa saja pada diri Anda, termasuk emosi, dll.
Singkatnya, jika tidak diatur secara bijaksana, mungkin
teknologi semacam pengenalan diri seseorang dapat berubah menjadi
bencana buruk dimasa depan. Dimana kebebasan seseorang sudah tiada lagi,
karena semua gerak gerik seseorang telah diketahui oleh pihak
otoritas yang memegang kekuasaan saat itu
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon